Mereka hanya mengetahui sesuatu yang lahir saja dari kehidupan dunia,
padahal dalam urusan akhirat mereka lalai
(Al-Quran, surat Ar-Ruum, ke 30 ayat 7)
Dan siapa bekerja keras, maka hanya ia bekerja keras untuk dirinya,
Sesungguhnya Allah Terkaya dari alam semesta
padahal dalam urusan akhirat mereka lalai
(Al-Quran, surat Ar-Ruum, ke 30 ayat 7)
Dan siapa bekerja keras, maka hanya ia bekerja keras untuk dirinya,
Sesungguhnya Allah Terkaya dari alam semesta
(Al-Quran, surat Al-Ankabut, ke 29 ayat 6)
Suatu Ummat di daerah pedalaman, tidak pernah kenal dengan kemajuan yang telah dicapai manusia.
Mereka pasrah dengan kehidupan mereka yang semakin hari semakin berat.
Anak-anak mereka belum mengerti keadaan bahaya yang akan dihadapi.
Kebanyakan orang dusun “bingung”, tak tahu mau ke mana dan tidak tahu mau berbuat apa.
Anak-anak mereka belum mengerti keadaan bahaya yang akan dihadapi.
Kebanyakan orang dusun “bingung”, tak tahu mau ke mana dan tidak tahu mau berbuat apa.
Di perkotaan, manusia padat dan sibuk.
Mereka berlomba dengan waktu yang menggilas mereka dengan cepat
Kehidupan mereka benar-benar seperti burung.
Berangkat pagi dan pulang ketika hari hampir gelap.
Adakah tersisa waktu mereka untuk merenung sepercik ayat ?
Pernahkah mereka berfikir,
kemanakah kehidupan ini akan berakhir ?
Nun jauh di sana
Kisah kita di bumi ini sudah ditulis
Termasuk di bumi mana kita akan mati
Lahir sebagai orang kota atau sebagai orang dusun yang terkebelakang,
Yang perlu kita fahami
Di mata Tuhan kita itu sama
Yang menjadi persoalan
bagaimana kita bisa mempertanggung jawabkan kehidupan yang diberikan itu
Apakah mereka sangka bahwa apa yang kami karuniakan kepada mereka dari harta dan anak-anak itu (berarti ?)
Kami bersegera pada (memberi) kebaikan-kebaikan untuk mereka ?. (tidak demikian), bahkan mereka tidak sadar
(Al-Quran, surat Al-Mu’minun, ke 23 ayat 55-56)
Dan kehidupan di dunia ini tidak lain melainkan sia-sia dan permainan, dan sesungguhnya negeri akhirat itu ialah Kehidupan, jika adalah mereka mengetahui
(Al-Quran, surat Al-Ankabut, ke 29 ayat 64)
Mereka berlomba dengan waktu yang menggilas mereka dengan cepat
Kehidupan mereka benar-benar seperti burung.
Berangkat pagi dan pulang ketika hari hampir gelap.
Adakah tersisa waktu mereka untuk merenung sepercik ayat ?
Pernahkah mereka berfikir,
kemanakah kehidupan ini akan berakhir ?
Nun jauh di sana
Kisah kita di bumi ini sudah ditulis
Termasuk di bumi mana kita akan mati
Lahir sebagai orang kota atau sebagai orang dusun yang terkebelakang,
Yang perlu kita fahami
Di mata Tuhan kita itu sama
Yang menjadi persoalan
bagaimana kita bisa mempertanggung jawabkan kehidupan yang diberikan itu
Apakah mereka sangka bahwa apa yang kami karuniakan kepada mereka dari harta dan anak-anak itu (berarti ?)
Kami bersegera pada (memberi) kebaikan-kebaikan untuk mereka ?. (tidak demikian), bahkan mereka tidak sadar
(Al-Quran, surat Al-Mu’minun, ke 23 ayat 55-56)
Dan kehidupan di dunia ini tidak lain melainkan sia-sia dan permainan, dan sesungguhnya negeri akhirat itu ialah Kehidupan, jika adalah mereka mengetahui
(Al-Quran, surat Al-Ankabut, ke 29 ayat 64)
Kehidupan itu telah berjalan,
Maka apakah orang yang berjalan merayap atas wajahnya itu lebih
terpimpin, ataukah orang yang berjalan atas susunan yang berdiri ?
(Al-Qur’an, surat Al-Mulku, ke 67, ayat 22)
Sebagian dari manusia ada yang berjalan atas wajahnya
Porsi yang ia berikan untuk dunia itu terlalu besar dibanding dengan akhirat.
Sehingga ayat ini jadi aneh bagi mereka:
Dan carilah dalam apa yang Allah beri kepada mu untuk negeri akhirat, tetapi jangan engkau lupakan bagian mu di dunia
(Al-Quran, surat Al-Qoshosh, ke 28 ayat 77)
Persaingan dalam hidup terjadi di mana-mana
Tetapi di dunia hewan, persaingan itu mempunyai makna. Yaitu meneruskan Genetika yang kuat.
Apakah manusia telah memberi makna dalam persaingan hidupnya ?
Atau sekedar menikmati ?
Cobalah baca apa yang tertulis di sini
Adakah arti hidup kita yang singkat ?
Salah mengambil keputusan
Sengsara badan selamanya
Ambil perumpamaan, kamu seorang yang baik. Kamu memberi minum orang ke Haji. Kamu mengurus Masjidil Haram.
Apa kamu sangka itu pekerjaan hebat ?
Apakah kamu sangka hal memberi minum orang Haji dan mengurus Masjidil Haram itu sama seperti orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berjuang di jalan Allah ?. Tidaklah mereka itu sama di sisi Allah. Dan Allah tidak memimpin kaum yang zalim.
(Al-Quran, surat At-Taubah, ke 9 ayat 19)
Jadi apa rahasia kehidupan ke tiga ?
Tidak sedikit dari kita yang menjadikan Tuhan sebagai Subjek,
Kala sedih ia berdo’a, kala susah ia berdo’a, kala miskin ia berdo’a kepada Tuhan, memohon sesuatu
Tetapi setelah ia diberi oleh Tuhan kebahagiaan, kesenangan, mereka hanya sebagai makhluk yang menikmati kebahagiaan itu.
Hanya itu ?
Kalau kamu sekedar menikmati apa yang Dia berikan, sesungguhnya kamu orang yang telah menjadikan Tuhan sebagai Subjek
Itu rahasia kehidupan yang ketiga yang pernah didefenisikan oleh Nabi Ibrahim.as
Sesungguhnya Sholat ku dan aktivitasku dan hidup ku dan matiku Lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Dan tidak sedikit binatang yang tidak mampu menjinjing riskinya, Allah memberi rizki kepadanya dan kepada kamu,
dan Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui
(Al-Quran, surat Al-Ankabut, ke 29 ayat 60)
Maka apakah orang yang berjalan merayap atas wajahnya itu lebih
terpimpin, ataukah orang yang berjalan atas susunan yang berdiri ?
(Al-Qur’an, surat Al-Mulku, ke 67, ayat 22)
Sebagian dari manusia ada yang berjalan atas wajahnya
Porsi yang ia berikan untuk dunia itu terlalu besar dibanding dengan akhirat.
Sehingga ayat ini jadi aneh bagi mereka:
Dan carilah dalam apa yang Allah beri kepada mu untuk negeri akhirat, tetapi jangan engkau lupakan bagian mu di dunia
(Al-Quran, surat Al-Qoshosh, ke 28 ayat 77)
Persaingan dalam hidup terjadi di mana-mana
Tetapi di dunia hewan, persaingan itu mempunyai makna. Yaitu meneruskan Genetika yang kuat.
Apakah manusia telah memberi makna dalam persaingan hidupnya ?
Atau sekedar menikmati ?
Cobalah baca apa yang tertulis di sini
Adakah arti hidup kita yang singkat ?
Salah mengambil keputusan
Sengsara badan selamanya
Ambil perumpamaan, kamu seorang yang baik. Kamu memberi minum orang ke Haji. Kamu mengurus Masjidil Haram.
Apa kamu sangka itu pekerjaan hebat ?
Apakah kamu sangka hal memberi minum orang Haji dan mengurus Masjidil Haram itu sama seperti orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berjuang di jalan Allah ?. Tidaklah mereka itu sama di sisi Allah. Dan Allah tidak memimpin kaum yang zalim.
(Al-Quran, surat At-Taubah, ke 9 ayat 19)
Jadi apa rahasia kehidupan ke tiga ?
Tidak sedikit dari kita yang menjadikan Tuhan sebagai Subjek,
Kala sedih ia berdo’a, kala susah ia berdo’a, kala miskin ia berdo’a kepada Tuhan, memohon sesuatu
Tetapi setelah ia diberi oleh Tuhan kebahagiaan, kesenangan, mereka hanya sebagai makhluk yang menikmati kebahagiaan itu.
Hanya itu ?
Kalau kamu sekedar menikmati apa yang Dia berikan, sesungguhnya kamu orang yang telah menjadikan Tuhan sebagai Subjek
Itu rahasia kehidupan yang ketiga yang pernah didefenisikan oleh Nabi Ibrahim.as
Sesungguhnya Sholat ku dan aktivitasku dan hidup ku dan matiku Lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Dan tidak sedikit binatang yang tidak mampu menjinjing riskinya, Allah memberi rizki kepadanya dan kepada kamu,
dan Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui
(Al-Quran, surat Al-Ankabut, ke 29 ayat 60)
0 Comments:
Post a Comment